Masjid Cipari Wanaraja merupakan bagunan masjid dengan gaya bagunan kuno berupa bangunan sisa peninggalan kolonial, berdenah empat persegi panjang berukuran 30 m x 10 m dengan lantai ditinggikan ± 1 m. Memiliki atap yang terbuat dari genteng dengan dinding tembok beton.Terdapat 3 pintu kaca dan kayu bagian bawahnya berukuran 2 m x 1 m, yang mempunyai 5 anak tangga menuju pintu masuk serta 40 jendela kaca berkuran 120 cm x 60 cm (bawah) dan 100 cm x 60 cm (atas) dalam façade bagunan berjejer di samping kiri-kanannya dengan ventilasi beton.
Masjid Cipari memiliki Menara yang terbuat dari nahan beton yang terletak di atas atap dan tangga menuju menara berada dalam 2 ruangan di bagian belakang bangunan (kiri dan kanan). Bagi yang suka dengan wisata religi Masjid Cipari patut untuk anda kunjungi karena bernilai sejarah dan perkembangan Islam pada masa itu dan manfaat dari masjid tersebut sangat berperan penting dalam perjuangan bangsa Indonesia khususnya di Garut.
Mesjid Cipari Wanaraja |
Pada zaman kemerdekaan masjid ini di jadikan sebagai basis latihan para tentara pejuang dan dapur umum. zaman pemberontakan DI/TII dijadikan tempat pengungsian, perawatan pejuang yang terluka ketika kembali dari hijrah ke Yogyakarta, tempat perlindungan para pejuang dan keluarganya, dapur umum, serta latihan perang. Pada zaman G30S/PKI dijadikan tempat perjuangan melawan PKI, sebagai tempat pertemuan para ulama, pertahanan dan perlindungan, serta dapur umum. Sekarang masjid tersebut difungsikan sebagai masjid dan madrasah.
Bangunan Masjid/ pesantren ini berada kini telah dibangun rumah-rumah pengelola mesjid dan madrasah, rumah masyarakat umum, serta sarana publik lainnya, bangunan ini memiliki nilai sejarah dan arkeologis peninggalan dari masa Hindia-Belanda, maka perlu dilakukan penataan yang sesuai sebagai benda cagar budaya dan masyarakat perlu disosialisasikan dan diinformasikan upaya pelestarian bangunan kuno untuk mengantisipasi pembangunan masjid yang akan menghilangkan nilai sejarah-arkeologisnya.
Lokasi Masjid Cipari
Masjid Cipari Wanaraja Kampung Babakan Cipari, Desa Cipari, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut dapat dicapai dari Terminal Cileunyi Bandung ke Terminal Ciawitali Garut Kota dengan waktu tempuh ± 1,5 jam. Kemudian menuju lokasi dengan menggunakan angkutan kota satu kali jurusan Wanaraja sekitar 50 menit dengan jarak ± 4 Km dari Kecamatan Wanaraja dan ± 12 Km dari ibukota kabupaten.
Selanjutnya dapat dicapai dengan naik ojeg dengan jarak ± 1 km sekitar 5-10 menit dengan tarif sekitar Rp 3000,-Mesjid Cipari Wanaraja berada di dalam Kampung Babakan Cipari, Desa Cipari, Kecamatan Pangatikan, pada posisi koordinat: 7º 09’ 171” LS 107º 59’ 764’’ BT. Mesjid ini didirikan pada masa Kolonial Hindia Belanda, tepatnya tahun 1936. Pendirinya adalah K.H. Yusuf Taudziri.
Batas-batas mesjid sekarang, di sebelah utara adalah Kampung Pinggirsari dan Kampung Tegalkiang Kecamatan Sukawening, selatan adalah Kampung Babakan Cipari dan Kampung Ci Kecamatan Pangatikan, barat adalah Pasar Karangsari Kampung Cimaragas dan pesawahan Kecamatan Pangatikan, dan sebelah timur adalah sawah dan makam Kecamatan Sukawening Mesjid ini selain berfungsi sebagai mesjid dan pesantren, pada zaman kolonial digunakan sebagai tempat latihan perang, pertahanan, dan berdirinya PSII cabang Garut.
Demikian sekilas gambaran masjid Cipari yang merupakan destinasi wisata religi di Garut, meskipun bangunan lama namun masjid tersebut masih berdiri kokoh dan terawat meskipun terlihat sekali gaya bagunan kunonya.